Inovasi Guru – Pembelajaran ialah salah satu upaya buat membentuk manusia yang pintar serta berkarakter. Lewat pembelajaran diharapkan bisa menolong proses penyempurnaan keahlian diri orang secara selalu mengarah ke arah yang lebih baik. Sayangnya, banyak sekolah yang senyatanya jadi tumpuan utama dalam menggapai tujuan tersebut disinyalir cuma mementingkan aspek kecerdasan akademik, sedangkan aspek kecerdasan emosional serta spiritual terpinggirkan.
Mengingat partisipan didik SMA Negara 3( SMANTI) Malang mempunyai kecerdasan Intelektual( Intelligence Quotient(IQ)) di atas rata- rata, pihak sekolah setelah itu mengimbanginya dengan kecerdasaan emosional serta spiritual. Kebijakan yang diambil yakni aktivitas Bedhol Bhawikarsu dalam rangka mempraktikkan pembelajaran kepribadian.
Bedhol Bhawikarsu ialah implementasi pembelajaran sosio- kultural dalam wujud pendidikan outdoor learning. Partisipan didik diajak menguasai kultur serta nilai- nilai yang tertanam di warga, memahami alam serta area yang jadi sandaran warga, dan menyelami langsung denyut nadi kehidupan warga.
Dalam kegiatan Bedhol Bhawikarsu para siswa menginap di rumah- rumah penduduk desa. Owner rumah jadi inang penjaga mereka. Tiap rumah dapat diisi sebagian siswa. Mereka juga melakukan kegiatan setiap hari bersama ayah serta bunda asuhnya. Apalagi, makan juga mereka bersama- sama ayah serta bunda asuh.
Bagi penulis Model Pembelajaran Kepribadian Berbasis Nilai- Nilai Rabbani ini, apa yang dicoba SMANTI Malang ialah pendidikan kontekstual yang sangat strategis buat menanamkan nilai- nilai moral serta sosial untuk para siswa. Dengan begitu mereka dapat hadapi sendiri apa yang dipelajari di posisi aktivitas. Pendek kata, Bedhol Bhawikarsu ini ialah contextual learning yang betul- betul nyata.
Novel yang diadaptasi dari disertasi penulisnya, ini hendak mendeskripsikan perwujudan pembelajaran kepribadian bangsa lewat aktivitas Bedhol Bhawikarsu ala SMANTI Malang. Bersumber pada informasi di lapangan, Faridi menangkap nilai- nilai kepribadian semacam perilaku hirau area, hirau sosial, religius, kerja keras, mandiri, disiplin serta komunikatif, bertanggung jawab, kekeluargaan, serta kesantunan.
Merujuk semboyan SMANTI Malang yang lokasinya bersebelahan dengan kantor DPRD Kota Malang ini, berbunyi: BERTAKWA- BELAJAR- BEKERJA- BERJUANG. Pada HUT Ke- 17 SMANTI Malang, tepatnya 8 Agustus 1969, atas persetujuan Dewan Guru serta Karyawan, semboyan tersebut diperbarui memakai bahasa Sansekerta jadi, BHAKTYA( berbakti, bertakwa)- WIDAGDHA( berilmu pengetahuan, belajar, bermanfaat)- KARYA( bekerja)- SUDHIRA( berani, berjuang, berteguh hati).
Semboyan berbahasa Sansekerta seperti itu yang setelah itu diketahui dengan singkatan BHAWIKARSU. Tidak heran apabila siswa- siswi SMANTI Malang kerap diketahui dengan istilah para pejuang Bhawikarsu. Mereka marasakan langsung nilai- pendidikan kepribadian yang nanti bisa diaplikasikan dalam kehidupan di masa- masa mendatang.
Di satu sisi, aktivitas Bedhol Bhawikarsu memanglah dirancang dengan harapan menginternalisasi kepribadian nilai- nilai normatif pada siswa. Tidak hanya berbasis nilai- nilai normatif, novel ini lumayan detil menguraikan desain serta penerapan model pembelajaran kepribadian yang terserap dalam kegiatan Bedhol Bhawikarsu. Aktivitas Bedhol Bhawikarsu biasanya diselenggarakan oleh serta buat siswa di komunitas pedesaan di dasar tutorial guru pasangan.
Penulis lulusan program doktor Universitas Muhammadiyah Malang ini merumuskan, pembelajaran kepribadian lewat aktivitas Bedhol Bhawikarsu di warga bisa menginternalisasi secara langsung nilai- nilai Rabbani semacam nilai- nilai kejujuran, toleransi, religiositas, patriotisme, kerja keras, serta kemandirian. Nilai- nilai kepribadian ini sesuatu perwujudan dari nilai- nilai yang bersumber dari nilai- nilai Islami.
Pembelajaran kepribadian Islami lewat Bedhol Bhawikarsu jadi ijtihad besar SMANTI Malang untuk para partisipan didik. Tanpa kegigihan serta usaha yang serius dari pihak sekolah, pembelajaran kepribadian tidak hendak sukses secara optimal. Pembelajaran kepribadian memerlukan intensitas dalam praktiknya dan pembiasaan serta pembudayaan, pula keteladanan dari segenap pendidik serta tenaga kependidikan.
Belum lama, potret pembelajaran di negara ini terkesan jauh dari tujuan menghasilkan manusia yang berbudi besar, namun lebih mengedepankan pencapaian mutu akademik kuantitatif yang cuma memanjakan partisipan didik dengan pengetahuan ataupun kecerdasan intelektual belaka. Walhasil, novel ini menciptakan relevansinya di tengah krisis kepribadian yang melilit anak bangsa.
——
Judul Buku : Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Rabbani
Penulis : Dr. Faridi, M.Si.
Penerbit : Baskara Media, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2020
Tebal : 161 halaman
ISBN : 978-623-7446-14-9
Peresensi : Ahmad Fatoni
Pengajar Pendidikan Bahasa Arab FAI-UMM.